Ekspedisi Tanah Air IV Mapalast Semarang Mt Bukit Raya 2278 MDPL

Ekspedisi Tanah Air IV Mapalast Semarang
Mt Bukit Raya 2278 MDPL

Bukit Raya merupakan Kawasan konservasi yang menjadi taman nasional yang terletak di jantung Pulau Kalimantan, tepatnya di perbatasan antara provinsi Kalimantan Barat dengan Kalimantan Tengah. Kawasan ini memiliki peranan penting dalam Fungsi hidrologis sebagai catchment area bagi Daerah Aliran Sungai Melawi di Kalimantan Barat dan Daerah Aliran Sungai Katingan di Kalimantan Tengah. Kawasan hutan Bukit Baka-Bukit Raya Merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan tropika pengunungan yang mendominasi puncak-puncak Pegunungan Schwaner. Bukit Baka-Bukit Raya merupakan gabungan Cagar Alam Bukit Baka di Kalimantan Barat dan Cagar Alam Bukit Raya di Kalimantan Tengah.

Tim Ekspedisi Tanah Air IV Mapalast, Pendakian Bukit Raya memiliki dua jalur yang bisa dilewati dari Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat, untuk jalur Kalimantan Tengah yang Harus di Lewati Palangkarya, Kasongan, Tumbang Samba, Tumbang Habangoi, Hulu Dehie dan jalur Kalimantan Barat Pontianak, Sintang, Nanga Pinoh, Nanga Serawai, Desa Jelundung, Desa Rantau Malam, setelah membandingkan dua jalur tersebut, TIM akhirnya memutuskan lewat Jalur Kalimantan Barat yang aksesnya tidak terlalu sulit menuju pintu rimba Bukit Raya.

Tgl 27 Juli 2017
Tim Ekspedisi melakukan Upacara Pelepasan ATLIT pada jam 08.45 WIB - 09.10 WIB, dengan jumlah Peserta 3 Orang Laki-Laki
  1. Hamdan Aenurizal Hermana (Trendeng) 
  2. Fatkhul Majid Zubizarreta (Omen) 
  3. Muhammad Yazid Annas (Kilat)

yang siap diberangkatkan ke Kalimantan Barat, yang dilaksanakan di Kampus Mugas Universitas Stikubank Semarang (UNISBANK)

Inilah Tim Semarang yang selalu Siaga memantau keberadaan Tim Atlit selama berkegiatan diluar jawa

Sebelum berangkat ke stasiun Poncol Semarang

Setelah Upacara Pelepasan selesai, Tim menunggu keberangkatan Kereta Api, di Stasiun Poncol Semarang dengan tujuan Stasiun Bekasi, Keberangkatan Kereta Api pada jam 13,15 WIB – 19,45 WIB Menggunakan Kereta Api Tawang Jaya, Perjalanan ditempuh kurang lebih 7 Jam, sampai di Stasiun Bekasi, Tim Ekspedisi Menunggu salah satu Anggota Mapalast yang akan mengantarkan Tim Ekspedisi ke Mapala Palmater Universitas STMIK Indonesia, sampai di Mapala Palmater Tim singgah di Mapala tersebut, dan menunggu keberangkatan Pesawat.

Tgl 28 Juli 2017
Tim Ekspedisi bangun pada jam 06,10 WIB, bergegas untuk menyiapkan segala hal, setelah selesai semua, Tim berangkat dari Mapala Palmater menuju Bandara Soekarno Hatta pada jam 10,00 WIB – 10,30 WIB sampailah di Bandara Soekarno Hatta, Transportasi yang di gunakan menuju Bandara Soekarno Hatta Menggunakan Mobil, ada salah satu kawan dari Palmater yang ikut mengantarkan Tim hingga ke Bandara Soekarno Hatta.
foto di Bandara Soekarno Hatta, sebelum berangkat menuju Bandara Supadio Pontianak
Tim Ekspedisi menggunakan Pesawat Lion, setelah Chek in selesai, Tim menunggu keberangkatan Pesawat pada jam 11,10 WIB – 12,45 WIB, tidak lama kemudian, sampailah di Bandara Supadio dan dijemput oleh Mapala Untan (Universitas Tanjungpura Pontianak) sebelum Pesawat terbang Tim sudah menghubungi Mapala Untan Pontianak, Kawan – Kawan Mapala Untan sudah menunggu kedatangan Tim Ekspedisi Tanah Air IV Mapalast, sampai di Basecamp Mapala Untan, Tim disambut oleh Kawan – Kawan, begitu juga ketika Tim berangkat dari Semarang sampai di Mapala Palmater Jakarta disambut oleh Kawan – Kawan Palmater Jakarta.
Kawan – Kawan dari Mapala Untan Pontianak dan ada juga Kawan dari Mapala Himalaya Semarang (Brambang) kebetulan orangnya berada di tanah kelahiranya Pontianak


Tgl 29 Juli 2017
Ekspedisi kali ini bukan hanya pendakian saja, ada juga Sosialisasi Almamater, guna memperkenalkan Kampus UNISBANK Semarang, pada jam 07.00 WIB – 10.00 WIB Tim Ekspedisi mengurus perizinan ke SMA Santun Untan Pontianak, didampingi oleh Kawan – Kawan dari Mapala Untan, Setelah selesai perizinan Tim kembali ke Basecamp Mapala Untan, Tim singgah di Mapala Untan selama 3 Hari, Karena target sebelum pendakian banyak kegiatan yang harus diselesaikan, ketika sampai di Basecamp, Tim mulai mengecek barang bawaanya, apa saja yang perlu dibeli sebelum melanjutkan perjalanan ke Desa trakhir.
Tgl 30 Juli 2017
Pagi yang cerah di Kota Pontianak, tidak lupa dengan agenda sebelum Sosialisasi Almamater UNISBANK, melengkapi kekurangan Konsumsi pendakian, setelah selesai sarapan, mandi, Tim mulai bergegas pergi ke pasar, belanja kekurangan konsumsi, rasanya sudah kaya ibu – ibu rumah tangga, pagi – pagi pergi ke pasar, pada jam 08,00 WIB – 13, 15 WIB Hamdan Aenurizal Hermana (Trendeng) pergi ke pasar bersama Kawan dari Mapala Untan, Asmadi (Madun) ketua umum Mapala Untan yang mengantarkan salah satu Tim pergi ke pasar, sedangkan Fatkhul Majid Zubizarreta (Omen), Muhammad Yazid Annas (Kilat) menunggu di Basecamp Mapala Untan, karena keterbatasan Transportasi untuk menuju ke pasar, tidak disadari ketika membeli kebutuhan konsumsi di Pontianak, Harga melambung tinggi, tidak seperti di jawa kebutuhan apapun masih bisa terjangkau, mau gi mana lagi, mahalpun tetep dibeli, karena kalau tidak di beli, Tim mau makan apa nanti, kalaupun beli di daerah hulu menuju pintu pendakian, di situ harga lebih mahal dan bisa dua kali lipat di bandingkan di Pontianak, Selesai belanja Tim kembali ke Basecamp dan Tim mulai Packing ulang untuk memasukan konsumsi yang baru saja di beli, Packing sudah, Belanja Konsumsi Sudah, agenda Hari ini terlaksana semua, tidak lama kemudian, Madun mengajak Tim Ekspedisi berkunjung ke Mapala Khatulistiwa Pontianak, pada jam 14.20 WIB – 16.00 WIB ramah tamah di Mapala Khatulistiwa Pontianak, setelah itu kembali ke Basecamp dan Tim mulai menyiapkan bahan untuk Sosialisasi Almamater UNISBANK yang akan dilaksanakan besok pagi.


Tgl 31 Juli 2017
Tim Ekspedisi Tanah Air IV Mapalast mulai bergegas di pagi hari, untuk mempersiapkan yang akan dilaksanakan di SMA Santun Untan Pontianak, pada jam 06,30 WIB perjalanan menuju SMA Santun Untan, kurang lebih 100 Meter dari Basecamp Mapala Untan, pada jam 07,20 WIB – 09,30 WIB Sosialisasi Almamater Kampus Unisbank Semarang, Siswa/i di Sma Santun Untan sangat aktiv, Ketika Tim Ekspedisi menyampaikan Profil Unisbank, Siswa/I langsung tanggap, dan langsung bertanya tentang Kampus Unisbank, cukup menyenangkan sekali bisa Sosialiasi Almamater di Sma Santun Untan Pontianak, Selesai Sosialisasi Almamater, Tim menemui Wakil Kepala Sekolah, yang tadinya mau menemuai Kepala Sekolahnya langsung, tapi beliau pergi ke luar Kota, tidak lama kemudian, Tim kembali ke Basecamp Mapala Untan Pontianak, salah satu dari Tim, Trendeng pergi dengan Madun ke Terminal Bus, untuk membeli tiket Bus dengan tujuan Sintang.
Setelah Sosialisasi Almamater Unisbank Semarang, Foto bersama Siswa/i Sma Santun Untan Pontianak

Perlu di ketahui Bus dengan tujuan Sintang atau Nanga Pinoh cuma ada beberapa Bus saja, seperti Bus Damri, Bus Borneo dan Bus Ats, itupun cuma ada dimalam hari, Transportasi yang digunakan Tim ETA IV Bus Damri, dengan tujuan Sintang, Sebenarnya bisa langsung tembus di Nanga Pinoh, tetapi Tim memutuskan dengan tujuan Sintang, karena sebelum pendakian Tim ETA harus mengambil SIMAKSI di TNBBBR sintang, ada juga di Nanga Pinoh, Kantor TNBBBR, bisa di ambil di Kantor Sintang atau Nanga Pinoh, kebetulan Tim Ekspedisi mengambil SIMAKSI di Sintang dan singgah di Mapala Kompass Sintang (Universitas Kapuas Sintang)
 
Harga dan Jadwal keberangkatan Bus Damri
Perjalanan dari Pontianak menuju Sintang kurang lebih 8 Jam, dengan jarak tempuh (309 KM), sampai di Tugu Bi Sintang jam 03,10 WIB, Kawan dari Mapala Kompass Sintang datang menjemput Tim ETA IV.

Tgl 01 Agustus 2017
Pagi hari pada jam 07,00 WIB – 13,00 WIB Tim istirahat di Mapala Kompass Sintang, Setelah itu Tim mengurus SIMAKSI di TNBBBR Sintang dengan jarak tempuh dari Basecamp Mapala Kompass kurang lebih 15 Menit menuju Kantor, ditemani oleh Kawan – Kawan Mapala Kompass, selesai ngurus SIMAKSI jam 15,00 WIB lalu Trendeng membeli sayur – sayuran dengan Kawan – Kawan Kompass, Omen, Kilat kembali ke Basecamp Kompass untuk Persiapan di Hari esok yang akan melanjutkan perjalanan ke Desa Trakhir.
Tgl 02 Agustus 2017
Tim bangun pagi pada jam 06,00 WIB, persiapan menuju Nanga Pinoh, perjalanan dari Basecamp Kompass Sintang menuju Nanga Pinoh kurang lebih 1 jam jika mengguanakan motor dan kebetulan waktu itu Kawan – Kawan dari Mapala Kompass mengantarkan Tim Ekspedisi hingga di Terminal Speed Boat, sampai di Nanga Pinoh Trendeng Mengambil Karcis dikantor TNBBBR Nanga Pinoh, Omen, Kilat Menunggu diterminal Speed Boat, Jarak tempuh dari Terminal Speed Boat ke Kantor TNBBBR Nanga Pinoh kurang lebih 10 Menit, sebelum Tim naik Speed Boat, satu bulan yang lalu Trendeng sudah konfirmasi dengan pak Hermansyah yang mempunyai Speed Boat, jarak tempuh dari Nanga Pinoh ke Serawai kurang lebih 5 jam, untuk biaya Speed Boatnya, satu orang Rp. 300.000 ribu.
Armada yang digunakan Tim ETA IV dari Nanga Pinoh ke Serawai
Sungainya berwarna agak kecoklatan akibat para penambang Emas, yang mayoritas Masyarakat setempat mencari penghasilnya dari tambang Emas, sangat disayangkan sungai sebesar itu dan sungai yang sangat panjang ternodai dengan warna agak kecoklatan, sepanjang perjalanan dari Nanga Pinoh menuju Serawai dipenuhi dengan penambang Emas.
Sampai di Serawai sudah terlalu sore, yang targetnya tanggal 02 Agustus 2017 sampai di Desa Rantau Malam, tetapi terhalang dengan musim kemarau, yang membuat sungai semakin surut dan perjalanan semakin lama, mau gak mau Tim harus bermalam di Serawai.

Tgl 03 Agustus 2017
Pagi yang sangat cerah di Serawai, Tim bangun dipagi hari dan bergegas melanjutkan perjalanan menuju Desa Rantau Malam, kali ini Armada yang digunakan Tim ETA IV yaitu, Kapal Klotok, seperti biasa salah satu Tim menghubungi Pak Ebong, yang mempunyai Kapal Klotok.
Sebelum berangkat menuju Desa Rantau Malam
Akses menuju Desa Rantau Malam bisa juga melewati jalur Darat, dari Serawai, Desa Tontang, Desa Jelundung, Desa Rantau Malam, tetapi jalur darat tidak menyakinkan untuk dilewati, jalannya sangat rusak dan sekalipun kendaraan motor melewati jalur tersebut, bisa – bisa kendaran tersebut, berhenti ditengah jalan, setelah Tim ETA IV membandingan antara jalur darat dan Jalur air, Tim memutuskan agar lewat jalur air, biaya untuk Kapal Klotok yang digunakan Tim ETA IV Rp 2.500.000 per tim sudah termasuk PP (Pulang Pergi), Perjalana dari Serawai ke Rantau Malam kurang lebih 6 Jam.
 
Beberapa kali Tim harus turun dari Kapal Klotok akibat arus putaran yang kuat dan sungai yang dangkal

Butuh perjuangan menuju Desa Rantau Malam, Desa yang paling hulu apa lagi jika musim kemarau, harus ekstra sabar, sering kali harus turun dari Kapal Klotok, tetapi sepanjang perjalanan dari Serawai ke Rantau Malam cukup indah dan lagi – lagi Tim melihat banyak Penambang Emas, Sampai di Desa Rantau Malam Tim di sambut oleh warga setempat. Tim bermalam dirumah bapak jakat, Kepala Dusun Desa Rantau Malam, biaya Penginapan Rp. 150,000 Per kegiatan
Tgl 04 Agustus 2017
 Hari demi hari berganti, Tim tidak lupa dengan agenda di  Hari ini, Bakti Sosial di SDN 20 Rantau Malam, pada jam 08,00 WIB Tim bergegas ke Sekolah, sebelum Tim mulai kegiatan Bakti Sosial, Tim menemui salah satu guru, untuk memandu Tim berkegiatan di SDN 20, setelah berbincang – bincang dengan guru SD, Tim akhirnya masuk di kelas 6 SD, untuk melakukan serah terima buku bacaan dan ATK kepada siswa/i, setelah itu Tim mengadakan aksi bersih lingkungan Sekolah, yang diikuti oleh siswa/i SDN 20 Rantau Malam, selesai bersih – bersih, Tim mulai mewawancarai tentang keadaan sekolah.



Inilah data – data Sekolah SDN 20 Rantau Malam


Foto bersama Siswa/i SDN 20 Rantau Malam di temani guru – guru dan salah satu orang PL TNBBBR

Sekolah SDN 20 Rantau Malam ini, beda dengan sekolah yang ada di kota – kota besar, siswa/i yang bersekolah kebanyakan tidak memakai sepatu dan tas, masih banyak pendidikan di Indonesia yang kurang memadahi di daerah pedalaman, perlu diperhatikan sekolah yang ada di daerah pedalaman, siswa/i ini membutuhkan fasilitas sekolah yang mendukung, agar bisa belajar lebih baik, semoga tahun demi tahun SDN 20 Rantau Malam lebih diperhatikan Pemerintah.
Tgl 05 Agustus 2017
Sebelum pendakian Tim Ekspedisi melakukan kegiatan selanjutnya, Jelajah Budaya Suku Dayak Ot Danum, Kata Ot berarti "orang" atau "hulu", sedangkan Danum berarti "air", dan Ot Danum berarti "orang air" atau "orang yang hidup di hulu sungai". Suku Dayak Ot Danum dekat dengan kehidupan alam dan sangat menghormati tradisi leluhur untuk menjaga keseimbangan manusia dan alam sekitarnya. Perawakan suku Dayak Ot Danum berkulit kuning menunjukkan bahwa mereka adalah ras mongoloid. Suku Dayak Ot Danum ini memiliki kerabat dekat di provinsi Kalimantan Barat yang disebut suku Dayak Uud Danum. Secara fisik, karakter dan budaya bisa dikatakan mirip, hanya saja dibedakan karena perbedaan letak geografis.
Tim Ekspedisi mewawancari salah satu warga Desa Rantau Malam yang paling sepuh disitu, nama beliau ED Otong Lahir di Desa Rantau Malam pada tanggal 04 Juni 1955, Tim menanyakan tentang Budaya Adat, di Desa Rantau Malam ada rumah – rumah kecil, lah disitu tempat untuk menaruh tulang – tulang, warga setempat biasa menyebutnya (SANDUM) dan mayoritas warga setempat menggunakan Rumah Betang, Adat di Rantau Malam sangat kental, inilah salah satu peraturan adat, jangan masuk rumah orang, jika kaki sudah menginjak depan rumah warga, dan dirumah Cuma ada 1 orang perempuan, akan dikenakan adat, warga setempat menyebutnya (ULUN) 1 ulun seharga Rp. 500.000, jika dibayar menunggunkan Emas, sebesar 2 Gram setengah, masih banyak lagi Peraturan adat di Desa Rantau Malam, selesai wawancara Tim Ekspedisi melakukan Upacara Adat (NGUKUHI HAJAT)  pada jam 07,20 WIB,
Gigit Parang

Upacara tersebut untuk meminta izin kepada penunggu Gunung Bukit Raya, warga setempat mempercaya adanya penunggu Gunung, masyarkat menyebutnya KOMELUH&JIN, biaya Upacara adat Rp. 200.000 dua kali Upacara, sebelum pendakian dan sesudah pendakian, beli ayam untuk Upacara Adat satu kilo Rp. 80,000, bisa dikatakan ayam termahal di dunia.

Tgl 06 Agustus 2017
Tim Ekspedisi mulai bangun jam 06,00 WIB, bergegas dan akan melaksanakan Pendakian gunung Bukit Raya 2278 MDPL. Tim menunggu ojek yang akan mengantarkan Tim ke Korong Hape dengan membayar biaya Rp. 75.000 ribu per Orang. Jam 09.15 WIB akhirnya ojekpun datang. Butuh waktu 25 menit dari Rantau Malam ke Korong Hape menggunakan ojek. Jalan disinipun cukup ekstrim, jika hujan jalan disini menjadi berlumpur.

Korong Hape (446 MDPL) dengan titik koordinat S 00° 32” 16.7’ E 112° 34” 45.2’




Jam 09.40 Tim Ekspedisi sampai di Korong Hape, Tim melakukan ploting Peta, Tempat ini dinamakan Korong Hape karena disini ada sinyal. Tentunya tak semua jaringan sinyal ada di tempat ini dan perlu diketahui, Porter Desa Rantau Malam beda dengan porter lainnya, biasanya kalau porter membawa Perkap Pendakian, menggunakan Carier, tapi porter kali ini mempunyai Carier khusus, yang dinamakan (TENGKALANG) terbuat dari Karung lebih uniknya lagi, Porter ini tidak memakai sepatu, mereka hanya memakai Sandal jepit, terkadang juga kalau merasa licin, mereka tidak pakai alas kaki, layaknya kaki beralas baja, tidak merasa kesakitan naik gunung tanpa menggunakan alas kaki, biaya Porter 1 Hari Rp. 175.000 ribu. Jam 09.50 WIB Tim Ekspedisi mulai berjalan menuju pos 1 Jalan menuju pos 1 tidak terlalu terjal. Naik turun bukit selama 1 jam 25 menit. Tim berjalan hingga sampai di pos 1 pukul 11.26 WIB. Pos 1 dinamakan ( Hulu Menyanoi) Tim Ekspedisi istirahat selama setengah jam sambil ploting Peta. Di pos 1 ada aliran air yang kecil dan bisa diambil untuk diminum. Tak butuh waktu lama, Tim ekspedisipun melanjutkan perjalanan menuju pos 2.
Pos 1 Hulu Menyanoi ( 660 MDPL ) dengan titik koordinat  S 00° 33” 09.1’ E 112° 36” 39.6’)

Jam 11.45 WIB Tim Ekspedisi melanjutkan perjalanan. Pos 1 ke pos 2 pun cukup dekat, hanya butuh waktu 50 menit plus istirahat, sampai di pos 2. Jam 12.33 WIB Karena waktu sudah siang, akhirnya Tim Ekspedisi istirahat dan mengisi perut agar tenaga kembali lagi. Di pos 2 ini ada air. Tetapi air disini berwarna kemerahan itulah mengapa pos 2 dinamai pos Sungai Mangan ( Sungai Merah ) selesai makan jam 13.45 WIB Tim ekspedisi melanjutkan perjalanan menuju pos 3 ( Hulu Rabang ). Berbeda dengan pos 1 ke pos 2 dengan membutuhkan waktu yang cukup cepat. Untuk menuju pos 3 Tim Ekspedisi membutuhkan waktu yang lama, belum lagi ditambah perjalanan naik turun bukit yang menguras tenaga dan membuat Tim Ekspedisi tidak sabar lagi agar cepat sampai di pos 3.
Pos 2 Sungai Mangan ( 673 MDPL ) dengan titik koordinat S 00° 33” 39’ E 112° 37” 26.6’

Jam 17.00 WIB Tim Ekspedisi sampai di pos 3. Butuh wakt 3 jam 15 menit perjalanan menuju pos 3. Di pos inilah favourite ngecamp untuk para pendaki. Selain tempatnya cukup luas, disini juga ada sungai yang mengalir deras. Bahkan di sungai pos 3 ini bisa menangkap ikan dan mandi disini. Jam 17.15 WIB pembagian tugas ada yang mendirikan camp dan ada juga yang masak untuk makan malam. Jam 20.05 WIB Tim Ekspedisi Evaluasi dan Brifing untuk kegiatan pendakian hari berikutnya. Jam 20.30 WIB Tim Ekspedisi istirahat tidur.
Pos 3 Hulu Rabang ( 715 MDPL ) dengan titik koordinat ( S 00° 36” 06.4’ E 112° 38” 59.6’ )

Tgl 07 Agustus 2017
Di pagi hari alam mulai tidak bersahabat, hujan yang terus mengguyur Tim Ekspedisi, pada jam 09,00 WIB Tim mulai melanjutkan perjalanan menuju pos 4, track perjalanan berikutnya akan terus menanjak banyak batang pohon tumbang yang menghalangi perjalanan. Sering kali Tim ETA IV harus merangkak dan memanjat batang pohon tersebut. Dan gangguan lainnya datang dari makhluk tanpa tulang belakang penghisap darah, binatang ini selalu menemani perjalanan Tim ETA IV dari mulai memasuki hutan. Sering kali Tim berhenti untuk menyingkirkan makhluk tersebut dari tubuh Tim Ekspedisi, segala daya dan upaya telah dilakukan, seperti membalut kaki dengan tembakau yang telah dicampur dengan air garam, namun usaha tersebut sia-sia pacet tetap saja menjajah tubuh Tim Ekspedisi. Kondisi tanah yang teduh dan lembab menyebabkan pacet berkembang biak disini, ditambah pada  saat melakukan pendakian dari pos 3 menuju pos 4  hujan mengiringi perjalanan Tim Ekspedisi sehingga pacet tambah merajalela, dari awal pendakian bahkan hingga pos 6 akan ditemui binatang ini. Macamnya pun berbeda - beda dari yang berwarna hitam, loreng hitam oranye, dan bercorak hijau hitam. Pacet yang berwarna loreng layaknya pakaian tentara itulah yang terasa sakit ketika menggigit dibanding pacet lain, warga setempat menyebutnya “pacet bajing. Track yang terus menanjak membuat langkah kaki melambat dan nafas mulai tidak setabil, ditambah lagi saat itu turun hujan membuat jalan menjadi licin, langkah demi langkah terus dilewati sekitar 3 jam perjalanan sampailah di pos 4 ( Hulu Julundung ). Pos 4 tempat posisinya juga kurang datar alias miring sehingga kurang direkomendasikan untuk bermalam di pos 4, Pos 4 dekat dengan sungai sekitar 5 menit, sampai pos 4 kebetulan hujan sudah reda, Tim langsung menyiapkan logistik untuk dimasak karena sudah waktunya makan siang. Sama dengan pos 3 masih terdapat para vampir yang haus darah yang membuat Tim was-was untuk duduk istirahat, lain dengan pos 3 disini terdapat banyak tawon, sejenis tawon madu yang beterbangan mengelilingi tubuh Tim Ekspedisi, sesekali mereka hinggap dan membuat panik.
Pos 4 ( Hulu Julundung ) ketinggian 1329 MDPL dengan titik koordinat S 00° 57” 15,4’ E 112° 38” 44,9’ (Personil Sibuk membersihi Pacet)

Tim Ekspedisi melanjutkan perjalanan menuju pos 5 (Linang) disana Tim akan bermalam, kaki terus berpacu dimedan yang terus menanjak sekitar 3 jam Tim berjalan, sampailah di pos 5 (Linang) Tim berjalan selama 3 jam hanya bertambah kurang lebih 80 meter ketinggiannya. Dipos 5 tempatnya lumayan luas, cukup untuk menampung 4 tenda kapasitas 4 person, disini terdapat sumber air tetapi harus turun menuju sungai sekitar 10 menit perjalanan, di pos ini juga dekat dengan air terjun kurang lebih 200 meter dari tempat camp, sampai pos 5 Tim Ekspedisi bergegas mendirikan tenda karena waktu telah menunjukkan pukul 17.00 WIB, suasana dipos 5 begitu nyaman berbeda dengan pos yang lain, mungkin karena ada suara air terjun yang membuat suasana begitu nyaman, tetapi Tim masih dihantui oleh para drakula yang ganas bringas tanpa belas kasihan menghisap darah Tim Ekspedisi.

Pos 5 (Linang) ketinggian 1387 MDPL dengan titik koordinat S 00° 38" 50,7’ E 112° 38" 44,9’
Bermalam dipos 5
Setelah makan malam Tim pun bergegas tidur untuk memulihkan tenaga karena besok target bermalam di puncak, perjalanan dengan medan berat telah menanti.
Tgl 08 Agustus 2017
Pagi hari menyambut kembali, cukup istirahatnya dan siap melanjutkan pendakian menuju titik tertinggi di pulau Kalimantan, dari pos Linang medan yang dilalui menajak curam tanpa bonus, sekitar 1 jam perjalanan sampai pertigaan, jalur kepuncak adalah yang kekiri sedangkan pos 6 (Sowa Badak)  kekanan. Tim ambil jalur kekiri karena target Tim Ekspedisi langsung puncak, medan yang dilalui bervariasi mulai dari tanjakan terjal, medan lumpur, serta air hujan yang turun menambah kepedihan, tetapi syukurlah serangan para pacet sudah mulai berkurang.
Hujan yang turun menyisakan genangan air yang membuat medan berlumpur, terkadang sepatu Tim tenggelam oleh dalamnya lumpur
Perjalanan menuju puncak semakin ekstrim, terdapat track terjal yang harus menggunakan tali webbing untuk melaluinya.


Tanjakan demi tanjakan dilalui, jalur yang dilewati semakin sulit dimana terdapat banyak pohon yang tumbang seringkali memaksa Tim Ekspedisi harus jalan jongkok, merayap, hingga dada bertemu dengan tanah. sekitar 4 jam Tim berjalan dari pos 5, sampailah ditempat yang dipenuhi lumut.

 Rasanya seperti masuk ke negri dongeng ketika melaluinya. Terlihat indah namun ini yang memaksa Tim harus merangkak dan merayap, terkadang carrier Tim Ekspedisi nyangkut didahan pohon, sekitar 2 jam naik turun punggungan sampailah di Puncak Kakam pukul 17.20 WIB ketinggian 2278 dengan titik koordinat S 00° 39’ 35,6’ E 112° 41" 20,1’. Semua jerih payah Tim Ekspedisi terbayarkan oleh tulisan Puncak Kakam 2278, itu bertanda Tim berhasil menginjakkan kaki dititik tertinggi pulau Kalimantan, berbeda dengan gunung-gunung yang ada di pulau Jawa ketika sampai dipuncak akan terlihat angkasa yang luas, sedangkan disini yang terlihat hanyalah pepohonan, jika ingin melihat pemandangan harus memanjat pohon terlebih dahulu. Suasana dipuncak begitu sepi hanya Tim kami saja disana,.



Dipuncak terdapat rumah-rumahan untuk menaruh benda-benda persembahan.
Dipuncak juga banyak dijumpai tupai-tupai liar yang masyarakat setempat mempercayai bahwa hewan tersebut pelihara dari penunggu Bukit Raya.

CONGRATULATION!

 
Jaya MAPALAST-KU

Puncak Mt. Bukit Raya

EKPEDISI TANAH AIR (ETA) IV

bersama Eiger Adventure
eigertropicaladventure
@eigeradventure 

Super Adventure Semarang
@komunitassemarangsetara

CK BANDANA
@ck_bandana 


Tips : jika ingin kebukit raya, hubungi pemilik speed boat dan kapal klotok sebulan sebelum pendakian, atau langsung saja hubungi salah satu orang TNBBBR tentunya untuk mengurus SIMAKSI dan sekarang lebih mudah transportasinya dari serawai ke rantau malam sudah diurus sama orang TNBBBR, Porter juga sudah dibentuk sama orang TNBBBR. Biaya masih bisa berubah – ubah, sepandai – pandainya negosiasi mengenai Transportasi dan lain sebaginya.