Caving: Introduksi Speleologi

I. Speleologi

Speleologi adalah ilmu yang mempelajari goa-goa. Kata speleologi di ambil dari bahasa yunani, SPELEON = Goa, dan LOGOS = Ilmu.. namun karena gua itu adalah bentukan alam yang tidak berdiri sendiri dan di pengaruhi oleh faktor struktur alam yang melingkupinya, maka ilmu SPELEOLOGI merupakan ilmu yang mempelajari gua dan lingkungannya. Lingkungan ini dapat berupa batu gamping, batu pasir (sand stone), aliran lava yang telah membeku, gletzer, padang salju atau es, batu garam (halit), batgips (gypsum), dolomite, tebing di tepi laut atau danau, dan sebagainya. Bahkan International Union of Speleologi (IUS), sebuah lembaga internasional yang membidangi Speleologi, sudah ada ko0misi khusus yang mempelajari

tentang gua buatan seperti terowongan rahasia, gua-gua penambangan, dan gua-gua perlindungan pada masa Jepang (gua Jepang, bunker, dll).
Di Indonesia, Speleologi merupakan ilmu yang masih tergolong baru, mulai di perkenalkan pada tahun 80-an, sedangkan di Perancis dan Jerman ilmu ini sudah di pelajari sejak abad ke 19. di belahan Eropa, ilmu ini berkembang sangat pesat seiring dengan kegiatan petualangannya. Sampai saat ini perkembangan Speleologi di Indonesia masih terbatas pada pembahasaan mengenai gua-gua karst, dan yang menjadi kendala besar adalah antara ilmuan/peneliti dan para penelusur gua masih jalan sendiri-sendiri. Belum dapat di terapkan speleologi yang aplikatif sehingga sebagian besar hasil penelitian hanya untuk ilmu pengetahuan saja.
Gua merupakan ssesuatu yang dapat membuat manusia takjub, karena selain sebagai anugrah Tuhan kepada kita, juga masih banyaknya misteri yang terdapat di dalamnya. Apabila kita memasuki gua dengan membawa alat penerangan dan menelusuri ruangan di dalamnya, kita akan bertanya-tanya apakah yang akan kita temui pada lorong atau lingkungan gua berikutnya.

Mungkinkah ada sungai bawah tanah atau kolam yang tenang atau lubang yang menganga yang kita tidak tahu kedalamannya. Mungkin juga kita temui ruangan yang besar yang di hiasi oleh berbagai seni pahat (ornament) yang tidak bisa di buat oleh manusia.
Menurut IUS yang berkedudukan di Wina, Austria, gua adalah setiap ruangan bawah tanah yang bisa di masuki orang. Gua memiliki sifat yang khas dalam mengatur suhu udara di dalamnya, yaitu saat udara di luar panas maka di dalam gua akan terasa sejuk, begitu pula sebaliknya. Sifat tersebut menyebabkan gua di gunakan sebagai tempat berlindung. Gua-gua yang banyak di temukan di Indonesia sebagian besar adalah gua batu gamping dan gua karst. Gua merupakan suatu lintasan air di masa lampau dan kini kering (gua fosil) atau masa kini, dan terlihat di aliri sungai (gua aktif). Karenanya mempelajari gua tidak terlepas dari mempelajari hidrologi karst dan segala fenomena karst di bawah permukaan (endo karst phenomena) supaya memahami cara-cara gua terbentuk dan bagamana cara memanfaatkannya sebagai sumber daya alam, yang mempunyai estetika tinggi sebagai obyek wisata gua atau sebagai sumber air tanpa mencemarinya.

II. Sejarah Penelusuran Gua

Tidak ada catatan resmi kapan manusia menelusuri gua. Berdasarkan peninggalan berupa sisa makanan, tulang-belulang dan juga lukisan-lukisan, dapat di simpulkan bahwa manusia sudah mengenal gua sejak puluhan bahkan ribuan tahun silam yang tersebar di benua Eropa, Afrika, dan Amerika.
Menurut catatan yang ada, penelusuran gua di mulai oleh John Beaumont, ahli bedah dari Somerset, England (1674). Ia seorang ahli tambang dan geologi amatir, tercatat sebagai orang pertama yang menelusuri sumuran (potholing) sedalam 20 meter dan menemukan ruangan dengan panjang 80 meter dan lebar 3 meter sert5a ketinggian plafon 10 meter, a-3, dan menggunakan penerangan Win. Menurut catatan, Beaumont merangkak sejauh 100 meter dan menemukan jurang (internal pitch). Ia mengikatkan tambang pada tubuhnya dan minta di ulur sedalam 25 meter dan mengukur ruangan dalam gua tersebut.
Ia melaporkan penemuan ini pada Royal Society, lembaga pengetahuan Inggris. Orang yang palng berjasa antara tahun 1670-1680 adalah Baron Johann Valsavor dari Slovenia. Ia mengunjungi 70 gua, membuat peta dan melahirkan empat buku setebal 2800 halaman. Joseph Nagel (1747) mendapat tugas dari istana untuk memetakan sistem perguaan di kerajaan Austro-Hongaria. Sedangkan wsata gua pertama kali tercatat tahun 1818, ketika kaisar Habsbrug Francis I dari Austria mennjau gua Adelsberg (sekarang bernama gua Postojna) terletak di Yugoslavia. Kemudian wiraswastawan Josip jersinovic mengembangkannya sebagai tempat wisata dengan memudahkan tempat itu dapat di capai dengan di beri penerangan dan pengunjung di kenai biaya masuk. New York Times pada tahun 1881 mengkritik bahwa keindahan gua telah di rusak hanya untuk mencari keuntungan. Stephen Bishop pemandu wisata yang paling berjasa, ia budak belian yang di pekerjakan oleh Franklin Gorin seorang pengacara yang membeli tanah di sekitar gua mammoth, Kentucky AS pada tahun 1838. dan kini gua mammoth diterima UNICEF sebagai warisan dunia. Sedangkan di Indonesia, faktor mistik dan magis masih melekat erat di gua-gua. Baik sebagai tempat pemujaan, sesaji, maupun bertapa, bahkan sering di anggap sebagai tempat tinggal makhluk halus. Namun semuanya memiliki nilai budaya, legenda, mistik, dan kepercayaan sesuatu terhadap gua perlu di dokumentasi dan di hargai sebagai potensi budaya bangsa. Maka Atropologi juga merupakan bagian dari Speleologi.

III. Lahirnya Ilmu Speleologi

Secara resmi ilmu Speleologi lahir pada abad ke-19 berkat ketekunan Edward Alfred Martel. Sewaktu kecil ia sudah mengunjungi gua Hahn di Belgia dengan ayahnya seorang ahli Paleontologi, kemudian juga mengunjungi gua Pyrenee di Swiss dan Italia. Pada tahun 1858 ia mulai mengenalkan penelusuran gua dengan peralatan, pada setiap musim panas ia dan teman-temannya mengunjungi gua-gua dengan membawa 2 gerobak penuh peralatan, bahan makanan dan alat potografi. Martel membuat pakaian berkantung banyak yang di sebut coverall. Kantung itu di isi dengan peluit, batangan magnesium, 6 lilin lacsar, korek api, batu api, martil, 2 pisau, alat pengukur, thermometer, pensil, kompas,buku catatan, kotak P3K, beberapa permen coklat, sebotol rum dan sebuah telepon lapangan yang ia gendong. Sistem penyelamatannya dengan mengikatkan dirinya kalau naik atau menuruni dengan tali. Tahun 1889, Martel menginjakkan kakinya pada kedalaman 233m di sumuran Ranabel dekat Marzille, Perancis, dan selama 45 menit tergantung di kedalaman 90m. Ia mengukur ketinggian atap dengan balon dari kertas yang di gantungi spon yang di basahi alkohol, begitu spon di nyalakan balon akan naik ke atas mencapai atap gua. Hingga kini Edward Alfred Martel di sebut sebagai Bapak Speleologi. Kemudian banyak ahli speleologi seperti Pournier, Jannel, Biret, dan banyak lagi. Baru setelah PD I, Robert de Jolly dab Nobert Casteret mampu mengimbangi Martel. Robert de Jolly mampu menciptakan peralatan gua yang terbuat dari Aluminium Alloy. Nobert Casteret orang pertama yang melakukan Cave Diving pada tahun 1922 dengan menyelami gua Montespanyang didalam gua itu di temukan patung-patung dan lukisan bison serta binatang lain dari tanah liat yang menurut para ahli itu sebagai acara ritual sebelum diadakan perburuan binatang yang di tandai adanya bekas-bekas tombak dan panah. Namun dalam PD II, gua-gua di gunakan sebagai tempat pertahanan, karena pertahanan di gua akan sulit di tembus walaupun menggunakan bom pada waktu itu.

IV. Perkembangan Speleologi di Indonesia.

Di Indonesia, Speleologi relatif tergolong suatu ilmu yang baru. Dalam hal ini masih sedkit ahli-ahli speleologi maupun pendidikan formal tentang speleologi. Speleologi baru berkembang sekitar tahun 1980 dengan berdirinya sebuah club yang bernama ‘Specavina’ yang didirikan oleh Norman Edwin (Alm) dan RKT KO, ketua HIKESPI sekarang. Namun adanya perbedaan prinsip dari keduanya maka terpecah dan mereka masing-masing mendirikan perhimpunan :
1.Norman Edwin (Alm) mendirikan klub yang bernama ‘Garba Bumi’
2.Dr. RKT KO mendirikan Hikespi pada tahun 1981
Pada tahun-tahun tersebut bermunculan klub-klub Speleolog di Indonesia seperti ASC yang berdiri tanggal 1 Januari 1984, SSS-Surabaya, DSC-Bali, SCALA-Malang, ASC-Semarang, dll.

V. Etika, Moral, dan Kewajiban Penelusur Gua

1. Etika dan moral Penelusur Gua
a. Setiap penelusur gua menyadari bahwa gua merupakan lingkungan yang sangat sensitif dan mudah tercemar. Karenanya (sesuai himbauan NSS) penelusur gua harus:
- Take nothing but picture (tidak mengambil sesuatu selain gambar)
- Leave Nothing but footprint (tidak mennggalkan sesuatu selain jejak kaki)
- Kill nothing but time (tidak membunuh sesuatu selain waktu)
b. Setiap penelusur gua sadar bahwa setiap bentukan alam di gua di bentuk dalam kurun waktu ribuan tahun. Setiap usaha merusak gua, mengambil atau memindahkan sesuatu di dalam gua itu tanpa tujuan jelas dan ilmiah selektif, akan mendatangkan kerugian yang tidak dapat di tebus.
c. Setiap menelusuri dan meneliti gua, dilakukan oleh penelusur gua dengan penuh respect, tanpa mengganggu dan mengusir kehidupan biota dalam gua.
d. Setiap penelusur gua menyadari bahwa kegiatan speleologi, baik dari segi olah raga atau segi ilmiah bukan usaha untuk di pertontonkan atau tidak butuh penonton.
e. Dalam hal penelusuran gua, para penelusur gua harus bertindak sewajarnya. Para penelusur gua tidak memandang rendah keterampilan dan kesanggupan sesama penelusur.
Sebaliknya, seorang penelusur gua di anggap melanggar etika bila memaksa dirinya untuk melakukan tindakan-tindakan di luar batas kemampuan fisik dan tekniknya, serta kesiapan mentalnya.
f. Respek terhadap sesama penelusur gua di tunjukkan dengan cara :
Tidak menggunakan bahan/peralatan yang di tinggalkan rombongan lain, tanpa izin mereka
Tidak membahayakan penelusur lainnya, seperti melempar suatu benda ke dalam gua bila ada orang di dalam gua atau memutuskan tali yang sedang di gunakan rombongan lain.
Tidak menghasut penduduk sekitar gua untuk melarang/menghalang-halangi rombongan lain memasuki gua, karena tidak satupun gua di Indonesia milik perorangan, kecuali bila gua itu di beli yang bersangkutan.
Jangan melakukan penelitian yang sama, apabila ada rombongan lain yang di ketahui sedang melakukan pekerjaan yang sama dan belum mempublikasikannya dalam media massa/media ilmah.
Jangan gegabah menganggap anda penemu sesuatu, kalau anda belum yakin betul bahwa tidak ada orang lain yang juga telah menemukan sebelumnya, dan jangan melaporkan hal-hal yang tidak benar demi sensasi pribadi, tanpa mengingat suatu hasil penelusuran gua, karena ini berarti membohongi dri sendiri dan dunia speleologi.
Setiap usaha penelusuran gua merupakan usaha bersama, bukan usaha yang di capai sendri. Karenanya setiap usaha mempublikasikan seatu hasil penelusuran gua tidak boleh dengan cara menonjolkan sensasi pribadi tanpa mengingat bahwa setiap penelusuran gua merupakan kegiatan tim.
Dalam suatu publikasi, jangan menjelek-jelekkan nama sesama penelusur gua, walaupun si penelusur itu membuat hal-hal yang negatif. Kritik terhadap sesama penelusur akan memberi gambaran negatif terhadap sesama penelusur.

2. Kewajiban Penelusur Gua.
Dunia Speleologi di berbagai negara meneruskan himbauan kepada semua penelusur gua agar lingkungan gua harus dijaga kebersihannya, kelestarian dan kemurniannya.
Konservasi lingkungan gua harus menjadi tujuan utama kegiatan Speleologi dan di laksanakan sebaik-baiknya oleh setiap penelusur gua.
Membersihkan gua serta lingkungannya menjadi kewajiban bertama penelusur gua.
Apabila sesama penelusur gua membutuhkan pertolongan darurat, setiap penelusur gua wajib memberi pertolongan itu.
Setiap penelusur gua wajib menaruh respek terhadap penduduk sekitar gua. Mintalah ijn seperlunya, bila mungkin secara tertulis dan dari yang berwenang. Jangan membuat onar atau melakukan tindakan-tindakan yang menyinggung perasaan penduduk. Jangan merusak pagar, tanaman, atau bangunan daan mengganggu hewan milik penduduk.
Bila meminta ijin dari instansi resmi yang berwenang, maka harus di rasakan sebagai kewajiban untuk membuat laporan dan menyerahkan kepada instansi tersebut. Apabila telah meminta ijin nasehat kepada sekelompok penelusur atau seorang ahli lainnya maka wajib di serahkan pula laporan kepada kelompok penelusur atau penasehat perseorangan itu.
Bagian-bagian yang berbahaya dalam suatu gua wajib di beritahukan kepada kelompok penelusur lainnya, apabila anda mengetahui akan adanya tempat-tempat berbahaya.
Sesuai dengan pandangan NSS dari USA, di larang memamerkan benda-benda mati atau hidup yang di temukan dalam gua untuk lingkungan non-penelusur gua atau non-ahl speleologi. Hal itu perlu untuk menghindari dorongan kuat yang hampir pasti timbul untuk ikut mengambil benda-benda itu guna koleksi pribadi. Bila perlu hanya boleh dipamerkan lewat foto-foto saja.
NSS juga tidak menganjurkan usaha mempublikasikan penemuan di dalam gua atau lokasi dari gua-gua sebelum di nyatakan betul adanya usaha pelestarian oleh yang berwenang, yang memadai. Perusakan lingkungan gua oleh orang-orang awam menjadi tanggung jawab si penulis berita apabila mereka mengunjungi gua-gua itu akibat publikasi dalam media massa.
Di perbaiki negara, setiap musibah yang di alami penelusur gua wajib di laporkan kepada sesama penelusur melalu media speleologi yang ada. Hal ini perlu supaya jenis musibah yang sama dapat di hindari.
Menjadi kewajiban mutlak bagi setiap penelusur gua untuk memberitahukan kepada rekan-rekan atau keluarga terdekat ke lokasi mana yang akan di telusuri dan kapan ia di harapkan pulang. Di tempat lokasi gua, para penelusur wajib memberitahukan kepada penduduk terdekat nama dan alamat para penelusur dan kapan diharapkan selesai menelusuri gua. Wajib di beritahukan kepada penduduk siapa yang harus di hubungi, apabila penelusur belum keluar dari gua sesuai waktu yang di rencanakan.
Para penelusur wajib memperhatikan keadaan cuaca. Wajib meneliti apakah ada bahaya banjir di dalam gua sewaktu turun hujan lebat dan meneliti lokasi-lokasi mana di dalam gua yang dapat di pakai untuk menghindarkan diri dari banjir.
Dalam setiap musibah, setiap penelusur wajib bertindak dengan teman tanpa panik dan wajib patuh pada instruksi pimpinan penelusur.
Setiap penelusur gua wajib melengkapi dirinya dengan perlengkapan dasar pada kegiatan lebih sulit dengan perlengkapan yang memenuhu syarat. Ia wajib mempunyai pengetahuan tantang penggunaan peralatan itu sebelum menelusuri gua.
Setiap penelusur gua wajib melatih diri dalam berbagai keterampilan gerak menelusurigua dan keterampilan menggunakan peralatan yang di butuhkan.
Setiap penelusuran gua wajib membaca berbagai publikasi mengenai gua dan lingkungannya agar pengetahuannya tentang speleologi tetap akan berkembang. Bagi yang mampu melakukan penyelidikan atau observasi ilmiah,
di wajibkan menulis publikasi agar sesama penelusur atau ahli speleologi dapat menarik manfaaat dari makalah-makalah itu.


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »