Olah Raga Arus Deras (ORAD)

Pendahuluan

Berperahu mengarungi sungai berarus deras. Bunyi gemuruh riak air mengiri dari awal hingga akhir. Menaiki lidah-lidah air, tubuh kadang kala akan terombang-ambing sambil harus terus mendayung. “Dayung maju!” teriak skipper sesaat perahu akan masuk jeram, lalu disusul “Potong-potong!….dayung kuat!” ketika bagian depan perahu terangkat keatas tepat ditengah jeram, semua mendayung dengan sekuat tenaga. Di akhir jeram, harus menghindara belokan sungai, “Kiri mundur….dayung maju!!!” teriak skipper ketika melihat arus eddies di depan kirinya. Perahu memasuki eddies lalu berputar-putar mengikuti arus, semua menarik napas lega. Sesaat kemudian skipper berkata “ dayung maju Kuat…!!!”
Dalam olah raga arus deras

ataupun arung jeram, kondisi seperti diatas akan sangat mudah kita temui. Kadangkala kondisi yang tidak kita inginkan bisa terjadi, misal salah seorang awak perahu terlempar keluar dari perahunya saat menghadapi jeram ataupun saat menghadapi kondisi perahu trapp saat menerjang batu besar yang membelah arus air yang deras dan ataupun ketika akhirnya semua awak terlempar keluar dan perahu terbalik ketika melewati hole yang kuat.
Demikian ORAD termasuk salah satu Kegiatan Alam Terbuka (KAT) yang memiliki resiko tinggi. Resiko tersebut dapat dikurangi bila sebelum pengarungan dilakukan persiapan yang baik. Persiapan yang baik adalah belajar dan belatih dengan baik, secara teknis, ketrampilan, maupun pengetahuan dan perlengkapan.

I . Sejarah Arung Jeram
Sejak dahulu manusia telah mengenal air baik untuk kebutuhannya untuk memuaskan dahaga maupun hal lainya.
Secara naluri manusia lebih banyak pada daerah dekat dengan sumber air misalnya sungai, entah sejak kapan dimulainya manusia mengarungi tepat tersebut. Pengarungan tersebut dahulu menggunakan alat yang masih sederhana yaitu mulai dari batang pohon yang diikat jadi media pengapung ataupun batang pohon yang dilubangi bagian tengahnya untuk tempat duduk (perahu sederhana). Kegiatan pengarungandengan media pengapung inipun terus berubahsesuai dengan kebutuhan, kemajuan jaman dan teknologi.
Pada abad 19 untuk pertama kalinya John Mc Gregor yang merupakan seorang pramuka mengembangkan kendaraan air untuk rekreasi ataupun untuk olah raga, seturut teknologi, penggunaan perahu karet pun semakin banyak dan berkualitas. Pada tahun 1983 perahu buatan Jim cassidy dengan ‘self bailer”-nya berhasil menarik perhatian orang banyak sehingga populer sampai sekarang. Kesuksesan ini karena perahu buatannya memiliki lantai yang bisa diisi udara sehingga mempunyai daya apung yang lebih baik dan mampu mengeluarkan air sendiri dengan hanya memberikan penambahan lubang air dibagian tepi perahu.
Seperti hal di dunia, pengarungan sungai dan laut juga telah dilakukan oleh nenek moyang kita berabad-abad yang lalu contohnya oleh suku-suku dayak di Kalimantan (Borneo) yang mengarungi sungai Kapuas ataupun sungai Mahakam dengan menggunakan perahu badiknya dan suku-suku pedalaman Irian (Papua) yang mengarungi sungai Memberamo yang terkenal dengan sebagai sungai sempit dan banyak jeram.
Secara umum, tidak diketahui secara pasti sejak kapan pengarungan sungai berarus deras menggunakan perahu karet dilakukan di Indonesia namun secara pasti tercatat dalam sejarah adalah pada tanggal 17 april 1975 dimana diselenggarakan sebuah kompetisi Citarum Rally I di sungai Citarum Jawa Barat oleh Wanadri Bandung.
Ekspedisi pengarungan sungai internasional pertama kali dilakukan oleh klub Aranyacala Trisakti yang mengarungi sungai-sungai di negara bagian California, Oregon dan Idaho, amerika serikat pada tahun 1992. Ekspedisi tersebut lalu dilanjuti oleh tim wanita dari klub yang sama pada tahun 1994 dengan mengarungi Zambesi, Zimbabe.

II. Karakteristik Sungai

A. Jeram / Riam
Jeram (rapid) adalah bagian dari sungai dimana aliran air mengalir dengan deras yang melintasi suatu rintangan. Jeram juga biasanya diartikan dengan air yang cepat dan berbahaya.
Jeram terbentuk karena beberapa faktor :
• Volume air
• Tingkat kecuraman / kemiringan sungai (Gradien)
• Tonjolan dasar sungai ( Roughness)
• Rintangan (Obstacles)
• Penyempitan leher penampang sungai, makin sempit makin deras arusnya.

B. Rintangan-Rintangan Sungai
Rintangan bermacam-macam bentuknya, seperti batu, dinding sungai, bongkahan, relief dasar sungai, tikungan dan masih banyak lainnya seperti dibawah ini :
- Longsoran / runtuhan, berupa pecahan batu besar dan tebing sungai yang runtuh yang menciptakan lorong-lorong dibawah air.
- Strainer, suatu penghalang atau benda yang berada tidak jauh diatas permukaan air. Biasanya pada lembah sempit (misal pohon tumbang).
- Undercut, Biasanya terdapat pada tebing di kelekon sungai berupa rongga di bawah air akibat terjadinya abrasi.
- Entarpment, Sungai dangkal berbatu dengan arus yang deras.
- Dam, Tebing kecil pada sungai atau bagian dari sungai yang permukaan dasarnya langsung curam, secara vertikal menyebabkan perbedaan ketinggian permukaan sungai yang cukup tinggi. Dam dapat menyebabkan arus balik yang cukup mematikan.
- Tongue (lidah air) atau Wave (ombak), merupakan awal Dari jeram/riam sebagai percepatan arus yang bentuknya terlihat dari atas seperti V. Arus ini dibentuk oleh dua buah rintangan berupa batu atau hole, atau karena kecuraman yang tidak teratur. Tongue/wave terbagi atas :
• Ombak berdiri (Standing wave / Breaking wave). Ombak dengan luapan sangat besar, ombak menghasilkan guncangan dan hentakan balik yang cukup keras akibat dua rintangan besar batu atau hole.
• Ombak V (V wave). Ombak akibat dari tingginya kemiringan, penyempitan atau derasnya arus akibat 2 atau lebih rintangan yang ada disebelahnya. Ombak ini sangat bagus untuk diarungi.
• Ombak tak beraturan (Side Curling wave). Ombak yang sangat mudah dapat merubah arah perahu.

- Stopper (gelombang balik)
Merupakan gelombang yang berputar vertikal atau terbalik ke hulu sungai yang disebabkan oleh penurunan dasar sungai.
Jeram ini dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
• Hole. Pemukaan air yang berbentuk lobang dan ada sirkulasi air dibelakang lubang tersebut. Stopper ini terjadi akibat adanya suatu rintangan didasar sungai yang membentuk cekungan / lubang yang dapat menahan, menjebak dan membalikkan perahu kedalam buih ynag berbahaya. Hole yang sangat besar dan terdapat sirkulasi air dari segala arah disebut dengan ‘Toilet_bowl’, karena bentuk dan sifat fisiknya seperti air kloset waktu di _flushing (hole yang sangat berbahaya). Hole yang tidak terlalu besar berguna dalam mengurangi kecepatan dan membantu manuver perahu (bagus untuk dilintasi).
• Gelombang Pecah. Stopper terjadi akibat adanya penurunan dasar sungai yang terjal kemudian datar kembali.
• Eddy / Eddies (arus balik). Eddies yaitu stopper dimana suatu arus sungai seakan-akan berhenti dan berbalik ke arah hulu sungai (up-stream). Eddies terbentuk karena adanya arus yang menabrak rintangan seperti batu atau benda-benda lainnya dan tidak dapat melewati rintangan tersebut sehingga akan terjadi kekosangan atau kekurangan air serta perbedaan tekanan air. Oleh sebab itu, air dari arah lain akan mengalir kembali keatas untuk menyamakan permukaan di daerah lain. Eddies biasanya berada bersebelahan dengan arus utama, pada tikungan, dibelakang benda berupa batu-batu besar. Makin deras arus makin kuat eddies yang ditimbulkan. Eddies berguna dalam sebagai tempat berhenti / atau istirahat, sebagai pengurang kecepatan atau break serta menolong dalam manuver membelokkan perahu.
- Bends (belokan). Arus sungai yang deras dan membentur dinding pada suatu belokan sebelah luar.
- Shallows (pendangkalan). Aliran sungai menjadi lebih cepat dikarenakan adanya pedangkalan dasar sungai, ditandai dengan riak-riak kecil air.

C. Tingkat Kesulitan Sungai
Tingkat kesulitan sungai terbagi dari grade (kelas) I sampai grade VI, mulai dari ‘sungai mudah’ sampai tingkatan ‘sungai berbahaya’ (American White Water Affiliation (AWWAS)).

Kelas I (Easy)
Air sungai mengalir tenang dan kadang-kadang diiringi riam kecil. Jarang dijumpai rintangan seperti batu, pusaran air atau air terjun. Scouting (pengintaian) untuk menentukan lintasan tidak perlu dilakukan. Self rescue (menyelamatkan diri) sangat mudah untuk dilakukan.

Kelas II ( Novice)
Air sungai dengan ombak tidak terlalu tinggi. Jarak antar batu besar agak renggang. Scouting masih tidak perlu dilakukan. Self rescue masih mudah dilakukan.

Kelas III (Intermediate)
Riam-riam diiringi gelombang-gelombang yang tidak terduga. Manuver dibutuhkan untuk dapat menghindari batu atau hole. Scouting untuk menentukan lintasan sangat membantu bagi yang belum berpengalaman. Untuk yang sudah berpengalaman dapat melakukan scouting tanpa menghentikan perahu. Kadang-kadang team rescue harus siap siaga ditepi sungai. Self rescue masih dapat dilakukan.

Kelas IV ( Advance)
Jeram sulit dan sambung-menyambung. Gelombang air bisa mencapai 2 meter dengan variasi kelokan cukup tajam. Posisi batuan berdekatan dan cukup berbahaya dan arusnya liar. Scouting dan manuver cepat dan terlatih sangat diperlukan . Medan cukup potensial untuk kecelakaan. Self rescue sulit dilakukan dan tim rescue sangat perlu dalam pengarungan.

Kelas V (Expert)
Kesulitan tinggi mempunyai riam yang panjang dan liar serta sambung-menyambung. Arus lebih deras dengan jeram yang berbahaya ditambah batu-batu yang besar dan sungai yang sempit. Di butuhkan manuver rumit dan cepat agar dapat melaluinya. Self rescue tidak mungkin dilakukan, bila terjadi kecelakaan, river rescue sangat sulit untuk dilakukan meski oleh yang ahli. Scouting merupakan keharusan tapi sering kali sulit dilakukan.



Kelas VI (Extrime)
Kelas dengan kesulitan dan bahaya yang sangat ekstrim. River rescue tidak mungkin dapat dilakukan. Untuk pengarungan dibutuhkan persiapan ynag sangat cermat. Secara umum kelas ini tidak dianjurkan untuk diarungi.
Sungai pada kelas ini dapat dapat mengalami penurunan grade atau kelas menjadi kelas V apabila sungai ini telah berhasil diarungi secara aman. Setiap sungai memiliki banyak kelas tergantung keadaan karakteristik dan volume airnya.

III. Perlengkapan Arung Jeram

Perlengkapan merupakan salah satu persyaratan dalam kegiatan arung jeram. perlengkapan yang umum digunakan yaitu :
1. Perahu
Perahu dalam pengarungan haruslah tahan dari benturan dan abrasi (dari bahan sintetis antara serat nilon dengan EPDM (karet sintetis), PVC, Neoprene, dan Hypalon), perahu haruslah dapat mudah dikendalikan. Perahu yang biasanya digunakan dalam arung jeram saat ini memiliki sistem pengeluaran air sendiri (Self_Bailer) maksudnya lantai dari perahu diisi dengan udara dengan harapan lantai akan tetap mengapung diatas permukaan air sehingga dengan sendirinya air dapat keluar melalui lubang disekeliling perahu.
Berdasarkan bentuk, perahu dibedakan atas :
a. Perahu karet, perahu yang terbentuk dari tabung udara dan terbuat dari karet berserat. Dalam tabung terdapat sekat-sekat yang berbentuk sel atau ruangan yang terpisah, sehingga jika satu bagian bocor maka yang lain tidak akan terpengaruh. Perahu karet dikategorikan menjadi 2 tipe :
- Landing Craft Rubber (LCR). Perahuberbentuk seperti tapak kuda dan bagian belakang terdapat kayu.
- River Boat. Perahu berbentuk oval khusus untuk mengarungi arus deras.

b. Perahu lesung, dapat dibedakan menjadi 2 jenis :
- Kayak. Perahu dengan bentuk lancip pada bagian depan dan belakangnya.
- Canadian Canoe (kano). Perahu dengan bentuk sama seperti kayak, hanya lebih lebar.

c. Dorry (sampan), perahu bentuk lancip, terbuka dan lebih lebar dari canoe. Ukuran panjang 5,5 m dan lebar < 2 m.

d. Cataraft, perahu yang dibuat dari dua, tiga atau empat tabung karet berisi udara, disatukan dengan menggunakan frame dari kayu dan alumunium.
e. Inflatable, Perahu rakit yang dapat dipompa. Dapat digunakan dengan tenaga manusia atau dengan tenaga mesin (Inflatable boats). Digunakan untuk perairan laut atau danau.

2. Pompa. Berfungsi untuk memasukkan udara kedalam perahu. Pompa dibagi dalam pompa kaki dan pompa tangan.

3. Repair kit. Terdiri dari lem, benang, nylon, jarum jahit, dan bahan penambal.

4. Tali penyelamat (Rescue Rope). Berfungsi untuk menolong anggota tim yang terjatuh kesungai dan dapat berguna juga dalam linning saat scouting. Tali terbuat dari bahan nylon dengan warna mencolok agar dapat terlihat oleh korban, mempunyai daya apung yang tinggi.

5. Kantung kedap air ( Dry Bag). Kantong ini berguna untuk menyimpan kamera, obat-obatan, makanan dan benda-benda lain agar tidak basah.

6. Carabiner. Terbuat dari alumunium alloy, berguna untuk menghubungkan satu alat dengan alat lainnya. Misalnya, untuk mengaitkan throw bag pada pada D_ring (cincin metal berbentuk D yang menempel pada perahu).
7. Dayung. Berguna dalam manuver, mengatur gerakan perahu dan menambah serta mengurangi kecepatan perahu. Biasanya terbuat dari kayu, alumunium, fiberglass. Bagian dari dayung terdiri dari gagang tangkai (T-grip), tangkai dayung dan bilah (blade). Dayung yang biasa digunakan adalah dari jenis paddle raft satu lidah, panjangnya 140-180 cm ( normalnya berkisar antara 150-160 cm). Terbuat dari playwood atau kombinasi dari alumunium dengan fiberglass.

8. Helm. Penutup kepala berguna untuk melindungikepala bagian kening, pelipis, telinga, dan kepala bagian belakang dari benturan. Terbuat dari bahan tidak mudah pecah dan memiliki lubang-lubang kecil diatasnya.
9. Jaket Pelampung. Berguna untuk mengangkat tubuh, melindungi tubuh dari dingin dan bagian tubuh yang penting seperti dada, leher dan kepala bagian belakang dari benturan benda keras disungai.
Terdapat 2 jenis pelampung, Yaitu :
- Pelampung udara, mempunyai daya apung tinggi namaun kurang aman jika berbenturan dengan benda keras seperti batu.
- Pelampung padat, Terbuat dari spon, cukup tahan terhadap benturan namun jika terlalu lama terendam dalam air / basah maka daya apungnya akan berkurang. Pelampung ini cocok untuk kegiatan arung jeram.

10. P3K. Obat-obatan dan perlengkapan perawatan harus disesuaikan dengan medan yang diarungi , cuaca pada waktu pengarungan dan lain-lainnya.

11. Peluit. Digunakan sebagi pembantu dalam pemberian kode bahaya tertentu.
IV. Teknik Mendayung Dasar

Dayung terdiri dari 3 bagian yaitu blade / bilah, tangkai dayung, dan pegangan kayu (T-grip). Cara memegang dayung yang benar yaitu tangan yang satu (kiri atau kanan tergantung posisi di perahu) memegang pada pegangan dayung sedang tangan yang lain memegang tangkai dayungsekitar satu jengkal dari batas blade dengan tangkai. Posisi blade dibawah (yang bersentuhan dengan air) dan posisi pegangan berada sejajar di depan dada.

Empat teknik dasar mendayung :
a. Dayung Maju (Forward Stroke)
b.Dayung mundur (Backward Stroke)
c.Belok kiri
d.belok kanan

Dalam teknik mendayung dasar juga dikenal perintah “Dayung Cepat” atau “Dayung Kuat” sesuai dengan arah yang diinginkan. Tekniknya yaitu terletak pada titik berat tubuh, contohnya dayung maju kuat. Dayungan dimulai dengan membenamkan lidah dayung jauh ke depan dengan cara mencondongkan tubuh jauh kedepan lalu mendorong Pangkal pegangan dayung di ikuti gerakan tubuh kebelakang (pada dasarnya sama dengan dayung maju biasa).
Perintah lainnya seperti perintah “stop” atau “Berhenti” . Tekniknya yaitu berhenti mendayung dan mengeluarkan dayung dari dalam air lalu meletakkannya sejajar dengan paha atau sejajar dada. Perintah ini dimaksudkan agar pengontrolan perahu oleh skipper lebih mudah.



V . Self Rescue (Teknik Penyelamatan Diri)

Masalah yang sering terjadi adalah terlempar dari perahu dan berenang di jeram sungai, hal pertama yang harus dilakukan adalah jangan panik baik anggota tim yang jatuh maupun yang berada diatas perahu atau yang akan menolong. Berikut beberapa teknik Self Rescue dalam kondisi kecelakan tertentu :

a. Berenang di Jeram
Hal yang perlu diingat dan dilakukan saat sedang berenang di jeram,yaitu :
1 . Tenang. Yakinkan diri bahwa pelampung kuat mengangkat tubuh anda ke permukaan air secepatnya.
2 . Jika anda muncul di bawah perahu, gunakan tangan anda untuk menggeser badan ke arah samping perahu.
3 . Jika kesulitan untuk naik ke atas perahu jangan ragu minta bantuan pada anggota tim lain yang berada diatas perahu untuk membantu.
4 . Jika tidak dapat kembali ke perahu secepatnya berenang dengan posisi duduk atau telentang, dengan kaki di usahakan sedekat mungkin dengan permukaan air, badan menghadap ke arah hilir sungai.
5 . Jika ada batu di depan, sambut dengan kaki, badan kemungkinan akan terputar. Setelah itu kembali ke posisi semula.
6 . Bila melihat jeram mulai kecil dan sedikit, berenanglah segera menuju ke tepi sungai atau bila ada eddies, berenaglah menuju ke eddies. Kemudian tunggulah hingga dijemput anggota tim lainnya.
Posisi telentang menghadap ke arah hilir sungai dengan kaki tetap berada di atas permukaan air dan pandangan selalu mengarah kedepan dimaksudkan agar kita dapat mengetahui rintangan yang ada di depan kita seperti batu strainer dan lain-lainnya, juga untuk menghindarkan diri dari kaki terjepit di celah batu.
Hal lainnya yaitu juga untuk membantu kita mengorientasi bagian depan sungai untuk antisipasi tindakan penyelamatan.

b. Perahu Terjebak (Wrap)
Perahu wrap di batu atau di dinding sungai yaitu keadaan dimana perahu terbentur batu / dinding, sedangkan arus kuat mendorong dari arah berlawanan. Jika sisi bagian hulu tertekan air dan tenggelam maka perahu akan melekat di batu / dinding. Cara melepaskan diri yaitu dengan teknik ‘Filp Line’ (jika Wrap ringan) yaitu dengan mendorong atau menarik perahu ke arah bagian batu yang tidak menyebabkan wrap, cara lain yaitu dengan teknik ‘Z-Drag’ (bila wrap berat) yaitu dengan mengempiskan salah satu katup tabung perahu.
Keadaan wrap ini dapat dihindari jika pada saat perahu akan membentur batu atau dinding anggota tim pindah posisi ke sisi yang berada pada sisi perahu yang akan menabrak batu /dinding. Akibatnya sisi bagian hulu (sisi perahu yang dikosongkan) akan terangkat sehingga arus kuat melewati bagian bawah perahu.

c. Perahu Terbalik
Keadaan ini bisa disebabkan ketika melewati dam, hole ataupun saat masuk eddies yang kuat dan besar.
Teknik dalam membalikkan perahu :
1. Bagi tugas anggota tim yang naik ke perahu yang terbalik dengan yang tetap berada di air sambil memegang erat perahu (pada D-ring atau pada Toat perahu)
2. Anggota tim yang diatas perahu memasangkan carabiner ke D-rig lalu mengikatnya dengan tali / webbing (sisi yang akan dibalik).
3. Lakukan pembalikkan perahu dengan menarik tali atau dengan bantuan T-grip dayung (terlebih dahulu dikaitkan dengan tali). Posisi pembalik perahu berada di bagian sisi yang menjadi tumpuan atau lawan dari sisi yang akan ditarik.
Anggota tim dibawah bersiap-siap (memegang erat toat perahu). Perahu dibalik dengan cara tali ditarik ke arah belakang yang didahului dengan hentakan keras hingga perahu oleng terbalik kembali.
4. Setelah perahu terbalik seperti semula, posisi anggota tim yang tadinya diatas perahu terbalik kini berada dibawah dan sebaliknya dengan anggota tim yang dibawah kini berada diatas perahu.
5. Anggota tim yang kini diatas membantu menaikkan anggota tim yang berada dibawah.
6. Selama dalam pembalikkan perahu diusahakan agar barang-barang tidak boleh hilang contohnya dayung.

Penggunaan peralatan penyelamat dan tali-temali (rescue rope)
Dalam self rescue juga digunakan alat bantuan dalam penyelamatan misalnya menggunakan rescue rope atau tali lempar ketika ada peserta yang hanyut, tertahan di hole, terperangkap di jeram, di atas batu, di eddies, ketika ada perahuyang wrap atau terjepit diantara batu.

VI. Teknik Pengarungan
Naluri
Pada keadaan darurat orang mempunyai reaksi berbeda. Jika dikelompokkan ada dua kelompok, sebagai berikut:
1. Orang-orang yang terlatih dan berpengalaman.
2. Orang yang masih awam, hanya bisa berdiri dengan mulut terbuka, mata melotot, berteriak memberi instruksi dengan tidak jelas.
Keahlian ini muncul dari latihan dan pengalaman yang terus-menerus dikembangkan. Mempelajari bahaya-bahaya di sungai, kerjasama tim, jam terbang, dll. Sebagian besar kecelakaan di sungai di sebabkan oleh persiapan yang kurang matang, perlengkapan tidak memadai, tidak mengerti karakteristik jeram.

Pengarahan Sebelum Pengarungan
Sebelum pengarungan yang terpenting adalah anggota tim mengerti apa yang harus dilakukannya. Untuk itu sebelum pengarungan, diperlukan pengarahan yang bersifat untuk memperjelas hal yang penting selama pengarungan, seperti : pembagian tanggung jawab P3K, alat rescue, makanan, tim darat, perahu pertama, perahu terakhir, alat reparasi, pompa, kapten tiap perahu, radio komunikasi, juru foto/video, menghindari tempat berbahaya seperti air terjun, dam, jeram besar, dll.

Persiapan Pengarungan
Sebelum melakukan pengarungan dapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai sungai yang akan diarungi. Informasi tersebut dapat berupa :
1. Tempat awal atau start pengarungan
2. Akhir pengarungan.
3. Adakah pilihan lain jika waktu tidak memungkinkan
4. Berapa jarak dan waktu tempuh pengarungan
5. Berapa cadangan waktu jika ada kejadian yang tidak diinginkan
6. Berapa tingkat kesulitan sungai yang akan diarungi
7. Sampai berapa tingkat kesulitan sungai jika air sungai naik
8. Lokasi jeram-jeram besar dan tempat berbahaya berada
9. Dimana jalur evakuasi
10. Peta topografi wilayah pengarungan
11. Dimana telepon, rumah sakit, kantor polisi terdekat

Dalam suatu pengarungan sungai yang belum pernah diarungi atau sungai dengan level III atau lebih yang sudah lama tidak diarungi diharuskan dilakukan scouting. Kemudian direncanakan pengarungannya dan buat keputusan. Keputusan yang dibuat tergantung pada kesulitan jeram atau kemungkinan apa yang mungkin terjadi dan siapkan cara penanggulangannya.
Dalam pengarungan sungai diatas level III biasanya ditetapkan suatu sistem pengarungan garis (River Running System) dimana di dalam suatu pengarungan menggunakan dua atau lebih perahu, maksudnya perahu yang satu dengan perahu yang lainnya saling menjaga. Cara ini juga merupakan persyaratan dalam suatu ekspedisi sungai. Dalam pengarungan ada dua perahu yang berperan penting, yaitu :

1. Perahu Pertama (Lead Boat)
Perahu dikemudikan oleh pemandu atau skipper yang cukup handal karena pemandu ini bertugas membuka jalur dan menjaga perahu yang ada dibelakangnya

2. Perahu Terakhir (Sweep Boat)
Perahu ini dikemudikan oleh skipper terbaik (biasanya juga sebagai Trip Leader atau pemimpin pengarungan). Skipper ini bertanggung jawab atas semua kejadiaan atau masalah yang terjadi dalam pengarungan dan membawa semua peralatan penting dalam pengarungan seperti pompa, P3K, repair kit, dan sebagainya.
Dalam sistem ini yang penting dilakukan antar perahu adalah saling menunggu. Maksudnya adalah untuk memastikan bahwa perahu yang dibelakang ada yang menjaga. Dalam mengarungi sungai yang belum pernah diarungi atau suatu ekspedisi harus selalu berhenti sebelum jeram untuk scouting dan merencanakan pengarungan dan berhenti pula sesudah jeram untuk menjaga perahu yang lain yang akan mengarungi jeram tersebut.

Pembacaan Jeram
Dalam suatu pengarungan di sungai seperti yang disebut diatas yaitu sungai diatas level III atau sungai yang belum pernah diarungi, pembacaan jeram sangat diperlukan untuk merencanakan pengarungan. Pembacaan jeram ini bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Read and Run
Membaca jeram dari atas perahu dam keadaan berjalan. Maksudnya ketika menuju hilir dan mengenali jenis bahaya apa saja yang ada di jeram dan mencari jalur yang baik untuk dilewati.

2. Scouting
Membaca jeram dari pinggir sungai dengan cara menghentikan perahu terlebih dahulu dan berjalan kaki menyusur daerah pinggir sungai sambil mengamati karakteristik jeram di daerah tersebut.

Apabila jeram tersebut terlalu bahaya untuk dilalui maka hal yang perlu dilakukan untuk melanjutkan pengarungan yaitu :
a. Linning, semua peserta berjalan kaki di pinggir sungai, perahu dituntun dengan tali melalui tepian sungai.
b. Portaging, apabila medan atau lokasi sulit untuk melakukan linning seperti sungai bertebing. Hal yang dilakukan yaitu dengan berjalan kaki dengan perahu diangkat ,baik dengan terlebih dahulu mengempeskan perahu atau tanpa mengempeskan perahu.
Dari semua teknik pengarungan , setiap pengarungan diperlukan seorang pimpinan perjalanan yang bersifat tegas bijaksan dan berpengalaman dalam mengambil keputusan. Hal lainnya yang perlu diingat adalah hilangkan sikap ego diri sendiri dalam setiap pengarungan. Kita harus jujur pada diri sendiri apakah mampu atau takut melalui jeram atau rintangan sungai yang sulit dan berbahaya. Dalam hal ini kita harus bersikap bijaksana dalam mengambil keputusan untuk menghadapi resiko yang akan muncul. Dan jika ragu-ragu untuk mengambil keputusan, akan lebih baik jika kita berani mengatakan “TIDAK !!!”

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

1 komentar:

Write komentar
February 13, 2018 at 12:04 AM delete

Salam lestari, mau minta ijin untuk copy beberapa materi tentang ORAD. Terimakasih.

Reply
avatar