Self Rescue

SELF RESCUE

Selama ini belum banyak terjadi kecelakaan dalam kegiatan penelusuran gua yang sampai merenggut korban jiwa. Jumlah korban meninggal masih dapat dihitung dengan jari, akan tetapi dari data yang terkumpul cukup banyak insiden yang terjadi dalam kegiatan penelusuran gua, baik di Yogyakarta maupun di daerah lain.
Banyak yang salah persepsi antara self rescue dan vertikal rescue, para penelusur gua di Indonesia merasa sudah cukup kalau menguasai kemampuan teknik vertikal rescue, padahal kasus yang terjadi pada gua horisontal tidak kalah rumitnya. Selain itu data yang ada menunjukkan insiden yang terjadi diakibatkan dari kurang siapnya tim penelusur gua mengantisipasi indikasi terjadinya insiden. Untuk itulah materi self rescue ini dibuat sebagai bahan masukan dan upaya menyamakan persepsi bagi para penelusur gua, agar dapat meminimalkan insiden yang dapat terjadi selama kegiatan peelusuran gua berlangsung.

MENGHINDARI UNTUK DIRESCUE :
A.Skill dan Pengetahuan :
1.Berlatih dan Diskusi
Berlatih harus selalu dilakukan, baik untuk menguasai teknik yang ada, maupun menambah teknik baru. Kemampuan teknik tidak hanya sekedar bisa tetapi juga memahami, diskusikan setiap kesulitan dan masalah yang ada, dan cari jalan pemecahannya.
2.Referensi dan Informasi Teknik
Tambahkan kemampuan teknik dan pemecahan masalah teknik yang ada dengan selalu mencari referensi dan informasi dari berbagai sumber yang mungkin ada. Pelajari dan simulasikan dalam acara latihan sebelum digunakan dikegiatan sebenarnya.
3.Pengetahuan Pendukung
Pelajari ilmu dan pengetahuan pendukung seperti : bahaya gua, geomorfologi karst, speleogenesis, hidrologi karst, dan ilmu yang lain yang mendukung.
4.Perilaku
Jadikan disiplin pada berbagai hal sebagai perilaku utama. Kegiatan alam bebas adalah kegiatan yang beresiko, bahaya bisa kita minimalkan salah satunya dengan berperilaku disiplin.

B.Kegiatan
1.Perencananaan
Dalam setiap kegiatan lakukan selalu perencanaan dengan matang dalam berbagai aspek yang terkait. Mempertimbangkan segala aspek yang terkait akan lebih meminimalkan resiko dan mengoptimalkan kegiatan.
a.Rencana Operasional; meliputi perhitungan atas :
Lokasi dan kesampaian daerah, bekali dengan data lokasi yang berupa letak administrasi, perijinan, instansi rujukan (pusat kesehatan, telekomunikasi, bank, tim rescue) dan referensi tentang kondisi permukaan (geografis dan geologi, jika daerah baru). Perhitungkan pula kesampaian daerahnya: jarak dari tempat anda, waktu yang dibutuhkan, camp dan sarana transportasi.
Waktu dan durasi kegiatan yang akan dibuat, perhitungkan kapan akan melakukan kegiatan penelusuran, terutama perhitungkan masalah musim yang sedang berlangsung. Sepakati durasi/ masa kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan : waktu yang dibutuhkan untuk mencapai lokasi, dukungan dana dan logistik, sesuaikan dengan variabel yang lain .
Gua dan data yang ada, jika gua ini pernah ditelusuri, pelajari peta gua dan prediksi bahaya yang ada.
Bentuk dan jenis kegiatan, tetapkan bentuk dan jenis kegiatan yang akan dilakukan, karena hal ini akan menyangkut perhitungan aspek yang lain.
Target, sesuaikan target dengan aspek yang lain, jadilah bijaksana dan realistis dengan tidak menetapkan target yang tidak sesuai.
b.Anggota tim, tentukan jumlah anggota berdasar dari rencana operasional diatas, perhatikan : kondisi dan kesehatannya, kemampuan minimal yang harus dimiliki untuk mendukung rencana operasional. Jangan pernah memaksakan diri terhadap faktor tersebut.
c.Peralatan, data peralatan yang akan dibutuhkan sesuai dengan rencana operasional di atas, jangan menetapkan jumlah minimal. Periksa terlebih dahulu kondisi semua peralatan yang akan dibawa, sehingga tidak ada masalah ketika menggunakannya. Selalu lengkapi tim dengan peralatan tambahan :
rescue kit : berupa hauling set, carabiner tambahan (>3), webbing ekstra (>3), pulley dan tali ekstra (>30m). Packing alat ini dalam tas kecil tersendiri, hanya digunakan saat emergensi. Dalam penelusuran dibawa turun oleh orang yang terakhir, dan dibawa naik oleh orang pertama.
Perlengkapan P3K dan emergensi (survival blanket, tenda kecil dll)
Peralatan memasak, jika mungkin.
d.Logistik, selalu bawa dalam jumlah yang lebih untuk sumber penerangan (lilin, karbit, batu baterei, bohlam lampu, korek api) dan konsumsi, dengan perhitungan 1.5 – 2 kali (sebagai cadangan) kebutuhan penelusuran. Untuk jenis konsumsi yang dibawa perhitungkan kebutuhan kalori yang dibutuhkan yang disesuaikan dengan jenis kegiatan, kondisi dan medan gua (berair, kering, vertikal…), dan jumlah anggota tim. Packing dengan benar tiap jenis logistik dan konsumsi yang kita buat, perhatikan packing water proof dan pakaian ganti untuk gua-gua berair.
e.Komunikasi, lakukan komunikasi sejak awal pada masa persiapan dengan personel yang ada di base camp. Tulis pada papan kegiatan informasi :
Jumlah dan daftar anggota tim yang berangkat
Lokasi, kesampaian daerah, camp permukaan yang anda tempati : nama dan alamat tuan rumah.
Nama gua dan lengkapi dengan peta gua (jika ada)
Waktu keberangkatan, dan batas toleransi kepulangan.
Frekwensi radio, no telepon atau alat komunikasi yang lain yang bisa digunakan, berikut pula jam untuk melakukan kontak/ komunikasi
Lampiran : form Kegiatan Penelusuran Gua, ASC – YA

2.Pelaksanaan Kegiatan :
a.Perjalanan Keberangkatan
Dalam tahapan ini pun sudah ada kemungkinan bahaya yang timbul, baik perjalan berangkat maupun pulang. Di Yogyakarta tercatat ada beberapa kecelakaan yang terjadi, kecelakaan lalu lintas karena melakukan perjalanan dengan sepeda motor. Dalam suatu ekspedisi tim mungkin akan tersesat ketika melewati hutan atau gunung (di Kalimantan, Irian dll). Beri waktu sela untuk istirahat setelah sampai dilokasi, sebelum memulai penelusuran.
Ular dan binatang berbisa lainnya cukup banyak mengintai diantara celah batu atau pepohonan.

b.Eksplorasi
Begitu sampai dilokasi, lakukan analisa permukaan melputi : kemungkinan perubahan cuaca (panas > hujan), lingkungan sekitar gua (vegetasi, lapisan tanah > gas beracun, tebing laut), morfologi sekitar ( catchment area, kontak dengan daerah vulkanik), bahaya gua yang terdeteksi dari permukaan ( kemungkinan gas beracun, O2 tipis, rock fall). Ubah target penelusuran, bahkan batalkan segera semua kegiatan jika hal diatas jelas – jelas akan menjadi sumber bahaya yang mungkin akan menjadi ancaman bagi tim.
Selalu monitor kemungkinan bahaya yang akan muncul selama masa penelusuran. Jika kemampuan ataupun alat tim tidak mendukung, jangan ragu untuk menghentikan kegiatan dan memutuskan untuk pulang.
Usahakan untuk selalu memperhatikan kondisii diri sendiri maupun kondisi dari anggota tim yang lain. Jika kita melakukan penelusuran pada malam hari perhatikan jam biologis kita yang akan merasa mengantuk dan ingin tidur. Katakanlah pada anggota tim yang lain jika merasakan sesuatu pada kondisi kita atau kita melihat penurunan kondisi dari angota tim yang lain. Kebiasaan untuk memperhatikan kondisi dan tiap aktivitas anggota tim yang lain akan mengurangi datangnya kecelakaan. Jangan ragu untuk menghentikan kegiatan jika ada anggota tim yang lain yang sakit atau menurun kondisinya.
Perhatikan keamanan bagi diri sendiri atau bagi tim yang lain setiap melakukan aktivitas, saling mengecek peralatan dan memperingatkan adalah kebiasaan yang harus dilakukan.
Lakukan pembagian beban/ kerja untuk tiap anggota secara benar sesuai dengan kemungkinan porsi yang bisa diterima, masing-masing anggota tim. Beban yang terlalu berat, potensial menjadi bencana ketika melewati suatu medan tertentu.
Berkomunikasi dengan cara yang paling mudah dimengerti dan sesingkat mungkin, terutama dalam kondisi yang mendesak.
Perhatikan kesepakatan waktu yang telah kita buat. Jika kita mendekati batas toleransi untuk kembali ke camp, jangan paksakan untuk meneruskan kegiatan. Ingat masih ada lain waktu untuk menuntaskan target kita.
Putuskan waktu untuk istirahat dan makan. Perhitungkan kebutuhan tubuh kita akan kalori yang sesuai dengan kegiatan yang kita lakukan. Untuk gua yang panjang, berair atau harus menginap, cari tempat yang nyaman untuk istirahat (tidur), ganti semua baju kita dengan yang kering, makan dan minum dengan kondisi panas/ hangat adalah ide yang baik.
Perhitungan stock logistik dan konsumsi sudah termasuk dengan cadangannya. Jika ternyata cadangannya mulai menipis pertimbangkan agar tetap cukup untuk digunakan selama perjalanan naik ke atas/ pulang dan keadan emergensi. Kehabisan sumber cahaya dan terjebak banjir akan memakan waktu yang panjang.
Berhati-hatilah saat melakukan cleaning keluar dari gua, untuk eksplorasi gua verikal dan ekplorasi sungai kearah down stream kegiatan ini lebih berat dari pada saat memulai eksplorasi. Tim harus memanjat keatas atau berjalan melawan arus dengan tetap membawa beban yang cukup berat.
Jika anda dalam perjalan pulang dan batas toleransi untuk kembali ke camp sudah habis sebisa mungkin hubungi base camp dan sampaikan keadaan tim yang ada.

KECELAKAAN

" Most people who have never explored caves have a conviction that speleology is a sport approriate for a psychopath with a deathwish. "
Ungkapan diatas adalah suatu ungkapan yang berpendapat bahwa penelusuran gua adalah sebuah kegiatan yang beresiko tinggi. Karena itulah kecelakaan sering terjadi pada kegiatan ini. Sayangnya kurangnya publikasi karena berbagai alasan tertentu menjadikan para penggiat kegiatan ini tidak mendapatkan referensi yang cukup. Ada banyak jenis kecelakaan yang bisa terjadi dalam gua (lihat materi bahaya gua), berikut kecelakaan yang mengharuskan memberikan pertolongan :

A.Kesalahan Manusia :
a.Tersesat
b.Ceroboh : jatuh, terpeleset, point pegangan lepas
c.Tenggelam
d.Terlepas dari lintasan, anchor jebol
e.Terjebak di tengah lintasan
f.Terjepit

B.Kondisi alam :
a.Terjebak banjir
b.Gas beracun
c.Digigit binatang beracun.

AKIBAT DARI KECELAKAAN :
a.Gangguan umum : kehilangan kesadaran, gangguan pernapasan, kehilangan pernafasan, kehilangan denyut jantung/ denyut nadi
b.Gangguan lokal : timbul perlukaan, perdarahan, patah tulang, dislokasi
c.Gangguan khusus : hipotermia, hipoksia, kelelahan, dehidrasi, keracunan (gas, bahan makanan, minuman, sumber air di dalam gua ).

PENANGANAN MEDIS
a.Stabilisasi gangguan umum .
b.Menangani perlukaan, menghentkan pendarahan, imobilisasi patah tulang dan dislokasi
c.Stabilisasi gangguan khusus.
Jika kondisi korban memerlukan penanganan khusus maka harus diputuskan salah seorang anggota tim keluar untuk mendapatkan pertolongan dari tim rescue lain, sementara itu anggota tim yang tinggal menjaga kondisi korban agar tidak menurun, menjaga korban agar tetap merasa hangat, dan menenangkan korban.

SELF RESCUE
"The role of cave rescue is to help those cavers who cannot cope due to injury or other circumstances which can vary from being frightened to being dead".
Self rescue adalah usaha pertolongan yang mungkin dan bisa dilakukan oleh anggota tim itu sendiri ketika ada anggota tim yang lain mengalami kecelakaan. Usaha ini bisa dilakukan dengan pertimbangan :
1. Kondisi korban tidak memerlukan perlakuan khusus, sehingga mungkin bisa dilakukan evakuasi :
a.Gangguan umum telah dilakukan stabilisasi
b.Perlukaan dan perdarahan kecil
c.Patah tulang dan dislokasi kecil yang tidak menggangu pergerakan
d.Kecelakaan ditengah lintasan (trouble ditengah lintasan)
2.Sumber bahaya masih ada dan memungkinkan terjadinya kecelakaan susulan (rock fall, banjir, gas dll)
3.Peralatan yang ada bisa dan layak untuk melakukan evakuasi.
4.Tim mempunyai bekal yang cukup untuk melakukan evakuasi.

TEKNIK SELF RESCUE
Apapun system rescue yang digunakan, ada satu hal yang harus diingat, adalah prinsip keamanan (safety procedure), baik untuk rescuer maupun untuk korban (safety procedure), kasus utamanya adalah prinsip perpindahan beban. Teknik-teknik dalam self rescue antara lain adalah sebagai berikut:
1.Man to man system (basic system) : Biasanya digunakan pada kasus korban blocking/ mengalami kecelakaan ditengah lintasan tali. Sistem ini dikenal dengan satu korban dan satu penolong, dilakukan jika kita tidak memiliki peralatan tambahan dan atau daya dukung gua tidak memadai.
Kasus penolong meliputi :
a.Penolong bergerak dari atas
Pada kasus ini kesulitan terjadi saat akan descending, tali utama dalam keadan tegang karena dibebani oleh korban. Untuk itu pemasangan tali di descender tidak dalam keadaan normal (gb1).
Berikutnya adalah memindahkan beban korban dari tali utama ke tubuh rescuer.
Selanjutnya membawa korban sesuai arah yang diinginkan (ascending/ descending.
b.Penolong bergerak dari bawah.
Penolong ascending biasa, kemudian melewati posisi korban, sampai tahap ini rescuer jadi berada di atas posisi korban.
Berikutnya memindahkan beban korban ke tubuh rescuer.
Selanjutnya membawa korban sesuai arah yang diinginkan (ascending/ descending.






2.Hauling System
System ini adalah sebuah instalasi yang biasa disebut instalasi hauling, digunakan untuk menarik korban ke atas, terdiri dari : sebuah ascender, sebuah fixed pulley, dan dua buah carabiner oval screw gate. Fixed pulley digunakan untuk membelokkan arah penarikan, sedang ascender digunakan sebagai pengunci searah dari pergerakan tali.
Instalasi hauling adalah instalasi dasar yang digunakan untuk operasi rescue tim.

Fungsi pulley bisa digantikan dengan carabiner, dan descender, sedangkan ascender bisa digantikan dengan prusik, descender autostop, atau simpul italian hitch.

3.Counter Balance System
Dasar dari system ini adalah prinsip timbangan, korban ditarik ke atas dengan menggunakan berat dari rescuer / penolong. Instalasi yang dipakai dalam sistem ini adalah menggunakan perangkat hauling.


DAFTAR REFERNSI
1.Petzl International. Petzl's Catalog. Zone Industrielle 38920 Crolles, French, 1997
2.Warild, Alan. Vertical Second Edition. The Speleology Research, Sydney, 1990
3.Judson, David. Caving Practice And Equipment. David & Charles Inc. North Pomfret, Vermont, USA



Share this

Related Posts

Previous
Next Post »